Translate

Selasa, 02 Juli 2013

SURVEY PENGEMBANGAN DESA WISATA, DESA PANDANSARI, KECAMATAN PAGUYANGAN ,KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH

SURVEY PENGEMBANGAN DESA WISATA, DESA PANDANSARI, KECAMATAN PAGUYANGAN ,KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH


Desa Pandansari adalah salah satu desa di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Provinsi  Jawa Tengah. Terletak kurang lebih sekitar 14 kilometer arah timur kota Kecamatan Paguyangan.

A.PENDAHULUAN
Penduduk Desa Pandansari pada umumnya bekerja di sektor agaris, seperti pertanian sawah padi dan perkebunan tradisional yang menghasilkan sayuran, misalnya kentang, kubis, wortel, kacang panjang, mentimun, kacang tanah dan lain – lain. Disamping itu, sebagian warga desa memiliki tanaman teh yang dibudidayakan sendiri, tanpa terikat oleh perkebunan negara yang hasilnya diolah secara tradisional
Sebagaimana kawasan pedesaan, masyarakat Pandansari juga memelihara ikan di empang, beternak sapi, kambing, unggas seperti ayam, bebek mentok dan binatang ternak lainnya. Pola pemeliharaan ternak dilakukan secara tradisonal dengan melepas hewan ternak ke sawah-swah yang sel;esai di panen, hutan – hutan yang ada di sekitar desa, pekarangan warga maupun tanah – tanah kosong yang banyak terdapat di Pandansari.
Hasil pertanian, perkebunan dan peternakan dijual ke luar desa sampai di kota kecamatan Paguyangan, sekitar Kabupaten Brebes, Slawi dan Banyumas. Mengingat pola pengelolaannya masih sederhana, maka hasil perikanan darat, pertanian, perkebunan rakyat dan peternakan belum maksimal memberiklan kesejahteraan bagi seluruh warga desa.
Karena itu, warga Pandansari masih banyak yang bekerja di kota dan menjadi buruh di pabrik teh milik pemerintah, yang menjadi salah satu andalan dalam memberikan penghasilan yang lebih baik. Perkebunan teh milik pemerintah yang menampung tenaga kerja dari warga setempat itu itu masuk dalam pengelolaan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah.
B. Profil Desa Wisata
Sebagai kawasan sejuk di lereng Gunung Slamet, desa Pandansari memiliki keindahan alam pegunungan dan danau yang potensial sebagai desa wisata. Di lingkungan masyarakat Kabupaten Brebes dan Tegal, Pandansari merupakan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kunjungan wisata ke lereng Gunung Slamet tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa untuk mendukung penghasilan utama sehari – hari sebagai petani, peladang dan perkebunan tradsional.
Selain alam yang indah, Desa Pandansari memiliki kawasan kebun teh yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah. Perkebunan Teh di Pandansari terletak di dusun Kaligua. Di kawasan agrowisata Kaligua terdapat Hotel atau wisma yang dikelola PTPN IX. Hotel tersebut cukup memadai dengan kondisi yang baik. Terdapat restoran, aula, tempat rapat dan fasilitas hiburan lainnya. Di sekitar hotel terdapat tam,an bermain untuk anak – anak yang ditat dengan baik, sehingga menarik para pengunjung Kaligua.
Kawasan Agrowisata Kaligua, yang diandalkan oleh pemerintah Kabupaten Brebes, dapat ditempuh melalui jalan darat kurang lebih dua jam dari Kota Tegal, atau dua setengah jam dari Kota Brebes. Untuk sampai ke Kebun Teh dapat menggunakan mobil, motor dan angkutan lain. Namun angkutan umum untuk mencapai lokasi tersebut belum tersedia.
Kaligua berada pada ketinggian 1200 – 2050 m diatas permukaan laut. Kondisi udara sebagaimana daerah pegunungan , sangat dingin, mencapai 4-12 C pada musim hujan, dan berkisar 8-22 C di musim kemarau. Dalam kondisi zsehari – hari di musim hujan, Kalugua Desa Pandansari yang terletak di lereng barat Gunung Slamet selalu diselimuti kabut tebal
Obyek wisata lain yang menarik di Desa Pandansari adalah Telaga Ranjeng yang memiliki air jernih. Di telaga yang menyimpan banyak misteri dan berbagai cerita rakyat yang menarik, terdapat banyak ikan mas dan lele yang tidak boleh ditangkap atau diganggu. Bahkan warga yang berdatangan ke Telaga Ranjeng memberi makan ikan – ikan tersebut berupa sejenis roti gandum yang dijual oleh waerung di depan pintu masuk telaga.
Transportasi umum untuk mencapai Pandansari masih digunakan mobil bak terbuka yang diapasang terpal untuk peneduh. Angkutan sederhan itu juga t tidak mudah ditemukan, sebab beroperasinya tidak memiliki jadwal yang jelas. Kondisi ini menyebabkan masyarakat Pandansari yang mau ke Kota Brebes, Slawi dan Tegal menggunakan transportasi pribadi sepeda motor yang banyak ditemui di desa itu.
Jalan menuju Pandansari tidak terlalu lebar. Perlu kehati – hatian dalam mengendari motor atau mobil, mengingat jalan yang sempit, menanjak dan jurang di kiri – kanan jalan. Karena jalan yang sempit, jika mobil berpapasan, maka harus ekstra hati – hati dan salah satu berhenti agar dapat berjalan. Dengan jarak yang jauh dan sulit untuk dijangkau, maka Desa Pandansari yang indah mengadapi tantangan berat untuk mengembangkan desa wisata.
Bahkan, ketika mulai memasuki kawasan menuju kearah Kecamatan Paguyangan, sulit untuk menemukan warung makan, warung kelontong, bengkel ataupun kebutuhan mendadak lainnya yang biasa muncul dalam perjalanan. Kondisi kelangkaan warung ternyata ditemukan juga setelah sampai Desa Pandansari, Danau Ranjeng dan Kawasan Perkebunan Kaligua tetap sulit untuk mencari warung yang menjual kebutuhan kebutuhan mendadak. Memang konon hari – hari libur banyak orang berjualan makanan dan minuman, tetapi tidak terkornasi secara teratur. Dengan demikian, pada intinya, perjalanan ke Pandansari yang menggunakan kendaraan pribadi harus mempersiapkan segalanya dengan baik, termasuk kelayakan mobil yang memadai
C. Identifikasi Masalah
Desa Pandansari yang memiliki keindahan alam, udara sejuk dan terdapat berbagai obyek wisata yang menarik menarik tersebut, masih menghadapi berbagai kendala yang bisa menghambat pengembangan wisata di Desa Pandansari. Berbagai faktor yang berpotensi menjadi hambatan antara lain sebagai berikut :
1. Jarak dari Kota Tegal, Slawi maupun Brebes terlalu jauh, dan cukup berbahaya jika perjalanan malam hari atau berkabut, mengingat di kiri kanan jalan terdapat jurang.
2. Untuk sampai ke Pandansari diperlukan waktu khusus, karena itu masyarakat yang akan mengunjungi Pandansari harus merencanakan dengan baik, mengngat sepanjang perjalanan sulit untuk menemukan bengkel kendaraan bermotor, warung makan dan penjual kebutuhan perjalanan jaraak jauh lainnya.
3. Tidak ada acara khusus dalam bentuk tradisi, adat istiadat atau perayaan yang spesifik di Pandansari yang dipromosikan ke luar desa untuk menarik pengunjung dari luar desa.
4. Di sepanjang perjalanan dari Kota Tegal maupun Brebes menuju ke Desa Wisata Pandansari tidak ada petunjuk arah, peta, papan nama kawasan yang menarik perhatian, sehingga hanya masyarakat setempat saja yang mengetahui keberadaan Desa Wisata tersebut.
5. Kebersihan kawasan wisata khususnya Telaga Ranjeng harus dijaga. Masih terdapat sampah – sampah yang tersebar dikawasan telaga. Misalnya bungkus makanan ikan yang dijual pedagang di lokasi itu, bekas kemasan makanan.
6. Belum ada bangunan memadai untuk berjualan di Telaga Ranjeng yang pemanen dari para pedagang setempat, termasuk kamar mandi dan WC. Sedangkan Barang – barang dan makanan yang dijual juga tidak menunjukkan karakteristik Desa Wisata.
7. Bentuk – bentuk cinderamata hasil kerajian masyarakat setempat di Telaga ranjeng maupun di kaligua belum mencerminkan kespesifikan desa wisata. Demikian juga buah tangan yang berupa oleh – oleh khas Pandansari belum tercermin di tempat wisata. Kecuali di Wisma Kaligua PTPN IX ada hasil perkebunan maupun dari pabrik binaannya seperti, kemasan teh dengan berbagai jenis dan jamur kaleng.
8. Kesenian dari desa setempat belum diintegrasikan dalam mendukung promosi wisata di Pandansari. Padahal di desa tersebut terdapat berbagai kelompok kesenian seperti wayang kulit, ledek dan lain – lain yang bisa dimanfaatkan untuk menunjuang pariwisata setempat.
9. Terbatasnya fasilitas penginapan di Pandansari, memang di Wisma PTPN IX ada hotel yang memadai, tetapi jumlahnya terbatas. Padahal mengingat jarak Pandansari ke Brebes, Slawi maupun Tegal, lumayan jauh dan kondisi jalanan yang tidak terlalu aman, maka para pengunjung yang kemalaman ataupun memeng berniat bermalam sulit untuk memperoleh penginapan. Kalaupun ada rumah – rumah penduduk yang disewakan pada saat hari libur tetapi tidak terkoordinasi dengan baik oleh pemerintahan desa.
10. Belum ada brosur yang memadai tentang Desa Wisata Pandansari, sehingga kawasan ini kurang dikenal luas. Termasuk masyarakat yang sudah mengunjungi Desa Pandansari, juga tidak mengetahui cerita dan sejarah dari tempat – tempat yang menarik di Pandansari
D.Rekomendasi
1. Menyediakan transportasi umum dari Slawi ke Pandansari dengan frekuensi pemberangkatan yang jumlahnya memadai dan pemerintah hendaknya memberikan penerangan jalan diarea jalan tertentu yang cukup membahayakan. Selain itu diperbanyak rambu – rambu khususnya di jalan yang dikiri kanannya terdapat jurang.
2. Membangun pusat – pusat perhentian atau tem;pat istirahat sederhana yang dilengkapi dengan warung makan dan kebutruhan lainnya, agar pengunjung atau wisatawan tidak merasa jenuh dalam perjalanan dan merasa aman karena ada kegiatan di jalan – jalan yang sepi.
3. Menciptakan acara yang spesifik dalam hal tradisi, selamatan atau upacara lain yang spesifik sebagai bentuk pemeliharaan nilai budaya yang dapat dipakai juga sebagai pendukung promosi desa wisata. Tanpa acara yang spesifik, sulit untuk mendatangkan pengunjung dari berbagai tempat selain dari Brebes, Slawi dan Tegal.
4. Memperbanyak papan nama, spanduk, baliho dan tanda – tanda pengenal maupun promosi wisata Desa Pandansari di Brebes, Slawi, Tegal, Banyumas dan wilayah lainnya yang diperkirakan sebagai daerah persinbggahan dalam perjalanan. Dengan banyaknya petujuk dan promosi Desa Wisata pandansari, diharapkan masyarakat mau mengunjungi desa tersebut,.
5. Kebersihan, ketertiban, keteratuarn harus teap dipelihara, khusus di kawasan Telaga Ranjeng selayaknya segera dibenahi dengan menyediakan tempat sampah dan membuat papan pengumuman agar tidak membuang sampah sembarangan.
6. Perlu dibangun tempat berjualan di Telaga Ranjeng yang pemanen dari para pedagang setempat, termasuk menyediakan fasilitas kamar mandi dan WC yang memadai. Sovenir dengan karakter Pandansari, hendaknya dijual di kios – kios sekitar telaga. Selain itu kios setempat bisa menjual makanan khas hasil pertanian/ perkebunan warga setempat seperti keripik kentang, tales dan singkong dan lain – lain. Pada konteks ini juga perlu penyuluhan seputar teknologi sederhana dalam pengemasan makanan agar awet dan bisa dipakai sebagai oleh – oleh. Termasuk hotel di PTPN IX, selayaknya ikut membantu memasarkan hasil – hasil pertanian, perkebunan rakyat, dalam restorannya disediakan juga nasi jagung dan sayur labu Siam sebagai makanan khas masyarakat setempat, yang dalam menu atau oleh – oleh yang menarik.
7. Bentuk – bentuk cinderamata hasil kerajian masyarakat setempat di Telaga Ranjeng dan Kaligua diupayakan mencerminkan hal yang khas dari tempat wisata Pandansari. Jadi bukan bersifat umum yang tidak ada kaitannya dengan ciri khas Pandansari. Memang ada sebagian yang sudah ditulis dengan label agrowisata dan khas Pandansari, tetapi tidak semua pengrajin membuat yang semacam itu.
8. Mengintegrasikan kegiatan kesenian Desa Pandansari untuk mendukung promosi wisata di Pandansari. Misalnya kesenian tradisional wajib dimainkan di hotel PTPN IX pada hari tertentu dan even besar yang ada di hotel. Misalnya pada saat hotel dipenuhi banyak tamu untuk wisata maupun rapat. Dalam acara – acara di hotel tersebut, dapat dibagikan brosur tentang eksistensi agrowisata Pandansari.
9. Menyediakan homestay yang lebih banyak dan dikoordinasikan dengan pihak yang terkait di desa dan kecamatan. Fokus penyediaan penginapan denghan memperhatikan kebersihan rumah dan kamar mandi serta ketersediaan air bersih yang memadai. Selain itu ditetapkan tarif menginap secara proporsional, tergantung kualitas rumah – rumah warga yang disediakan untuk penginapan sementara.
10. Membuat brosur yang menarik keberadaan Desa Wisata Pandansari, dibaikan di berbagai pusat keramaian di kawasan perkotaan sekitar Brebes Tegal Slawi. Disamping itu di kantor Desa Pandansari juga disediakan brosur desa Agrowisata. Sebaiknya di kantor desa juga ada petugas yang berjaga pada saat jumlah kunjungan wisata diperkirakan meninmgkat. Di kantor desa juga harus dipasang papan nama yang menunjukkan bahwa informasi Desa Wisata Pandansari tersedia di kantor Desa.